A. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri/virus yang berasal dari membrane mukosa hidung dan nasofaring, kulit
dan lesi orang lain.( Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan
pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta)
Infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau
disertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya mikroorgamisme
(bakteri, virus, riketsia) ke dalam saluran pernafasan yang menimbulkan gejala
penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. (http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/25/asuhan-keperawatan-anak-preschool-dengan-ispa/)
Infeksi
saluran pernafasan akut adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus,
bakteri, mikoplasma atau aspirasi substansi asing yang melibatkan suau atau
semua bagian saluran pernafasan. (Donnal Wong)
B. Etiologi
- Nasofaringitis disebabkan oleh virus. Contohnya : rinovirus, virus influenza dan para influenza.
- Faringitis dan tonsillitis berasal dari virus dan bakteri. Bakteri yang sering terkait adalah Streotococcus.
- Pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.
C. Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala
penyakit,timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi
empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronis dan
meninggal akibat pneumonia.
Invasi organisme memicu proses
inflamasi pada sel epitel lapisan membrane mukosa di nasofaring dan orofaring.
D. Tanda dan Gejala
1. Pilek biasa
2. Keluar sekret cair dan jernih dari hidung
3. Kadang bersin-bersin
4. Sakit tenggorokan
5. Batuk
6. Sakit kepala
7. Sekret menjadi kental
8. Demam
9. Nausea
10. Muntah
11. Anoreksia
1. Pilek biasa
2. Keluar sekret cair dan jernih dari hidung
3. Kadang bersin-bersin
4. Sakit tenggorokan
5. Batuk
6. Sakit kepala
7. Sekret menjadi kental
8. Demam
9. Nausea
10. Muntah
11. Anoreksia
E. Penyebaran Penyakit
Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu:
1. Melalui areosol
(partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk
2. Melalui areosol yang
lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin
3. Melalui kontak
langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari oleh jasad
renik.
F. Tingkat Penyakit ISPA
1. Ringan
Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit,
hidung tersumbat atau berair, tenggorokan
merah, telinga berair.
2. Sedang
Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah,
dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan
pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan (adentis servikal).
3. Berat
Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan di
faring, kejang, apnea, dehidrasi berat atau tidur terus, tidak ada sianosis.
4. Sangat Berat
Batuk
dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.
G. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA:
1. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita
atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang
usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
2. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan
tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak
lengkap.
3. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di
kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada
anak.
H. Pencegahan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit ISPA pada anak antara lain:
1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik,
diantaranya dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup
gizi.
2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan
tubuh terhadap penyakit baik.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
4. Mencegah anak
berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup hidung
dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang
menderita penyakit ISPA.
I. Penatalaksanaan
Medis
1. Suportif : meningkatkan daya
tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll.
2.
Antibiotik.
Pengkajian
1 .Riwayat kesehatan:
a. Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan
b Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
c.Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang
d. Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien)
e. Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
a. Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan
b Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
c.Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang
d. Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien)
e. Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
2. Pemeriksaan fisik difokuskan
pada pengkajian sistem pernafasan
a. Inspeksi
- Membran mukosa
hidung-faring tampak kemerahan
- Tonsil tampak
kemerahan dan edema
- Tampak batuk tidak
produktif
- Tidak ada jaringan
parut pada leher
- Tidak tampak
penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
b. Palpasi
- Adanya demam
- Teraba adanya
pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
- Tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi
- Suara paru normal
(resonance)
d. Auskultasi
-
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN INTERVENSI:
1.Pola napas tidak efektif b.d proses
inflamasi
·
Tujuan : Pasien menunjukkan fungsi
pernapasan normal
·
Intervensi keperawatan
a. Posisikan
untuk ventilasi yang maksimum (misalnya: jalan napas terbuka dan memungkinkan
ekspansi paru yang maksimum).
b. Beri
posisi yang nyaman (misalnya: posisi tripod pada anak dngan epiglotitis atau
pertahankan peninggian kepala sedikitnya 30 derajat).
c. Periksa
posisi dengan sering untuk memastikan bahwa anak tidak merosot untuk
menghindari penekanan diagfragma.
d. Hindari
pemakaian atau bedong yang ketat.
e. Gunakan
bantal dan bantalan untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka
(misalnya : pada bayi atau anak dengan hipotonia).
f. Beri
peningkatan kelembapan dan oksigen suplemen dengan menempatkan anak didalam
tent kecil atau hood (bayi) atau berikan melalui kanula nasalis atau masker
(metode yang dipilih anak yang lebih besar dari bayi karena alas an keamanan).
g. Tingkatkan
istirahat dan tidur dengan penjadwalan yang tepat.
h. Dorong
teknik relaksasi.
i.
Ajarkan pada anak dan keluarga tentang
tindakan yang mempermudah upaya pernapasan (misalnya pemberian posisi yang
tepat)
·
Hasil yang diharapkan
a. Pernapasan
tetap dalam batas normal
b. Pernapasan
tidak sulit
c. Anak
istirahat dan tidur dengan tenang
2. Takut cemas b.d kesulitan bernapas,
prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit)
· Tujuan
: Pasien mengalami penurunan rasa
takut/cemas
· Intervensi
keperawatan/rasional
a. Jelaskan
prosedur dan peralatan yang tidak dikenal pada anak dengan istilah yang sesuai
dengan tahap perkembangan.
b. Ciptakan
hubungan anak dan orang tua.
c. Tetap
bersama anak selama prosedur.
d. Gunakan
cara yang tenag dan meyakinkan.
e. Beri
kehadiran yang sering selama fase akut penyakit.
f. Beri
tindakan kenyamanan yang di inginkan anak (misalnya: mengayun, membelai,
musik).
g. Berikan
objek kedekatan (misalnya: mainan, keluarga, selimut).
h. Anjurkan
perawatan yang berpusat pada keluarga dengan peningkatan kehadiran orang tua
dan bila mungkin keterlibatan orang tua.
i.
Jangan melakukan apapun yang membuat
anak menjadi cemas dan takut.
j.
Beri kepercayaan diri pada orangtua dan
anak.
k. Cobalah
untuk menghindari prosedur intrusive atau yang menimbulkan nyeri.
l.
Perhatikan siklus atau pola
istirahat/tidur dalam perencanaan aktivitas keperawatan.
m. Kaji
dan implementasikan terapi penatalaksanaan nyeri yang tepat (misalnya: sedative,
dan/analgesik).
n. Beri
aktivitas pengalihan yang tepat sesuai dengan kemampuan kognitif dan kondisi
anak.
o. Beri
obat-obatan yang meningkatkan perbaikan
ventilasi (misalnya: bronkodilator, ekspetoran) sesuai ketuntuan.
·
Hasil yang diharapkan
a. Anak
tidak menunjukkan tanda-tanda distress pernapasan atau ketidaknyamanan fisik.
b. Orangtua
tetap bersama anak dan memberikan rasa nyaman.
c. Anak
melakukan aktivitas tenang yang sesuai dengan usia,minat,kondisi, dan tindakan
kognitif.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif
b.d obstruksi mekanis, inflamasi,
peningkatan sekresi, nyeri.
·
Tujuan : Pasien
mempertahankan jalan napas yang paten.
·
Intervensi keperawatan/rasional
a.
Posisikan
anak pada kesejajaran tubuh yang tepat untuk memungkinkan ekspansi paru yang
lebih baik dan perbaikan pertukaran gas, serta mencegah aspirasi sekresi
(telungkup,semi telungkup,miring).
b. Hisap
sekresi jalan napas sesuai kebutuhan.
c. Lakukan
setiap penghisapan selama 5 detik dengan selang waktu yang cukup untuk
memungkinkan reoksigenasi.
d. Beri
posisi telentang dengan kepala dengan posisi “mengendus”, leher agak ekstensi
dan leher mengarah ke atap.
e. Bantu
anak dalam mengeluarkan sputum.
f. Beri
ekspetoran sesuai ketentuan.
g. Lakukan
fisioterapi dada.
h. Puasakan
anak untuk mencegah aspirasi cairan (misalnya anak dengan takipnea hebat).
i.
Berikan penatalaksanaan nyeri yang
tepat.
j.
Sediakan alat kedaruratan untuk
menghindari keterlambatan tindakan bila diperlukan.
k. Hindari
pemeriksaan dan kultur tenggorok pada pasien dengan kecurigaan epiglottis
karena dapat menyebabkan obstruksi jalan napas.
l.
Bantu anak dalam menahan atau membebat
area isnsisi/cedera untuk memaksimalkan efek batuk dan fisioterapi dada.
· Hasil yang diharapkan
a. Jalan
napas tetap bersih
b. Anak
bernapas dengan mudah; pernapasan dalam batas normal
4. Resiko tinggi infeksi b.d adanya
organisme infektif
- Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sekunder.
- Intervensi keperawatan/rasional
a. Pertahankan
lingkungan aseptic, dengan menggunakan karakter penghisap steril dan teknik
mencuci tangan yang baik.
b. Isolasi
anak sesuai indikasi untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
c. Beri
antibiotik sesuai ketentuan untuk mencegah atau mengatasi pilek.
d. Berikan
diet bergizi sesuai kesukaan anak dan kemauan untuk mengkonsumsi nutrisi untuk
mendukung pertahanan tubuh alami.
e. Anjurkan
fisioterapi dada yang baik.
f. Ajarkan
dan/atau keluarga dengan manifestasi penyakit.
·
Hasil yang diharapkan: Anak menunjukkan bukti penurunan gejala
infeksi.
5. Intoleransi aktivitas b.d proses
inflamasi, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
·
Intervensi keperawatan/rasional
a. Kaji
tingkat toleransi anak.
b. Bantu
anak dalam aktivitas hidup sehari-hari yang mungkin melebihi toleransi.
c. Berikan
aktivitas pengalihan yang sesuai dengan usia, kondisi, kemampuan, dan minat
anak.
d. Beri
aktivitas bermain pengalihan yang meningkatkan istirahat dan ketenangan tetapi
mencegah kebosanan dan menarik diri.
e. Beri
periode istirahat dan tidur yang sesuai dengan usia dan kondisi.
f. Instruksikan
anak untuk beristirahat bila lelah.
g. Seimbangkan
istirahat dan tidur bila pasien berambulasi.
·
Hasil yang diharapkan
a. Anak
bermain dan beristirahat dengan tenang serta melakukan aktivitas yang sesuai
dengan usia dan kemampuan
b. Anak
tidak menunjukkan bukti-bukti peningkatan distress pernapasan.
c. Anak
mentoleransi peningkatan aktivitas.
terimakasih artikelnya sangat bermanfaat
Dollar Donkeymails - Paid To Click Donkeymails.com